Rekam Jejak Klenteng Rumah Pohon, Warisan Orang Tiochiu di Kepulauan Riau
Provinsi Kepulauan Riau memiliki banyak destinasi wisata di setiap kota dan kabupatennya, salah satunya adaah Kecamatan Senggarang yang menjadi salah satu kawasan bersejarah mengenai komunitas keturunan China di pusat kota Kepulauan Riau tersebut.
Senggarang merupakan desa kecil yang terdapat di Pulau Bintan, tempat ini dihunikan lebih banyak oleh etnis Tionghoa, terdapat berbagai vihara atau klenteng dan patung-patung Budha. Wisatawan dapat menelusuri rekam jejak Tionghoa di Tanjung Pinang lewat tur yang diadakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Senggarang. Mulai dari berbagai klenteng hingga kawasan pemukiman tionghoa.
Senggarang dikenal sebagai pusat tempat tinggal orang tionghoa tiochiu setelah meninggalkan tempat asal secara besar-besaran masyarakat Melayu ke wilayah Malaysia dan Singapura pasca kekalahan Raja Haji Fisabililah.
Menurut interpreter yang menjadi pemandu disana, Raja Farul mengatakan ada ungkapan Liow Lai yang dapat diartikan sebagai datang ke Riau dari orang tionghoa yang masih tinggal di Riau. Sementara itu Tanjung Pinang menjadi tempat tinggal untuk orang Hokkian dan Seggarang menjadi pusat orang Tiochiu.
Menurut interpreter yang menjadi pemandu disana, Raja Farul mengatakan ada ungkapan Liow Lai yang dapat diartikan sebagai datang ke Riau dari orang tionghoa yang masih tinggal di Riau. Sementara itu Tanjung Pinang menjadi tempat tinggal untuk orang Hokkian dan Seggarang menjadi pusat orang Tiochiu.
Di sini ada satu klenteng yang kalau sekilas dilihat mirip Angkor Wat di Kamboja. Kemiripan itu bukan dari segi ukuran tapi kondisi tembok klenteng yang terlilit akar pohon beringin raksasa. Klenteng Tien Shang Miao namanya. Oleh warga lokal sering disebut Klenteng Beringin lantaran bangunannya yang seolah-olah ada di dalam pohon beringin. Dahulu berbentuk bangunan rumah disebutkan tergolong mewah, dengan dua lantai dan luas sekitar satu hektar.
"Ada pembukaan lahan juga untuk orang-orang Tiouchiu yang makin banyak untuk bisa membangun rumah di sekitar sini. Jadi rumah ini terkikis dihancurkan sampai sekarang jadi sekecil ini," jelas Agung, salah satu pemandu rombongan kami dari Pokdarwis Senggarang.
Pada abad ke-19, rumah ini diabaikan dan akhirnya ditumbuhi pohon beringin yang akarnya hingga kini menutupi hampir seluruh dinding.Lazimnya bangunan tua, klenteng ini pun tak lepas dari cerita mistis. Akar pohon beringin itu setiap tahun selalu bertambah banyak, namun bagian bata tembok yang sudah ratusan tahun itu tidak rusak.
Menurut cerita Panjang, pernah ada beberapa pejabat yang mencoba untuk merenovasi bangunan klenteng itu dan memotong akar-akar pohon beringin yang melilitnya. Namun usaha itu selalu gagal konon karena 'penghuninya' tidak mengizinkan.
Kini, bangunan tersebut digunakan untuk menjadi klenteng yang berisikan altar untuk Dewa Penarik Kembali Keberuntungan Dao Ca Kong. Selain itu di Senggarang juga terdapat tiga klenteng bersejarah yakni Klenteng Dewi Macou atau Dewi Laut, Klenteng Sun Tekong atau Dewa Langit dan Klenteng Dewa Bumi/Tanah, Dewa Tai Ti Kong. Ketiga klenteng ini dipercaya sudah ada sejak tahun 1880-an. Hingga kini klenteng masih aktif digunakan untuk ibadah.
Post a Comment